teknik dasar las


TEKNIK  DASAR  LAS



6. 1 Pendahuluan
Pengelasan posisi datar dan fillet merupakan teknik dasar las busur listrik, yaitu salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan tipe elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Jenis elektroda logam yang digunakan pada pengelasan busur umumnya ada tiga jenis, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak, biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
.1. 1 Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan bab ini mahasis diharapkan memiliki kemampuan untuk:
1.    Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan las busur dan fillet dan  pengetahuan  dasarnya sehingga dapat memahami prosedur pelaksanannya dengan benar.
2.    Menjelaskan berbagai jenis proses las berdasarkan tingkat pencairannya, sumber energinya, dan jenis bahan tambahnya.
3.    Mampu menjelaskan dan melakukan penyalaan gas busur listrik  secara benar .
4.    Menjelaskan dan melakukan proses pengelasan dengan posisi datar secara benar.
5.    Menjelaskan dan melakukan proses pengelasan dengan posisi fillet secara benar.

6.    2  Berbagai Macam Proses Las
Peralatan las terdiri dari dua kelompok, yaitu mesin las dan peralata bantu pengelasan. Mesin las merupakan alat utama yang digunakan untuk menyambung logam dengan las. Mesin ini berfungsi sebagai penyambung bahan yang di las, sedangkan alat bantu digunakan untuk pendukung proses pengelasan. Proses pengelasan logam secara makro diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Liquid state welding (LSW), dan
(2) Solid state welding (SSW).
Liquid state welding (LSW) adalah proses pengelasan logam yang dilakukan dalam keadaan cair, sedangkan  solid state welding (SSW) merupakan proses las di mana pada saat pengelasan, logam dalam keadaan padat. Pengelasan logam secara LSW maupun SSW mempunyai beberapa teknik/metode.

6. 3  Las Kondisi Cair (Liquid State Welding)
Proses pengelasan yang dilakukan dalam kondisi cair (liquid state welding) terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1) electric arc welding,
2) resistance welding, dan
3) thermal arc welding.
Ketiga kategori tersebut didasarkan pada energi panas yang digunakan untuk mencairkan logam yang akan di las. Persyaratan yang harus diperhatikan dalam pengelasan ini adalah bahan yang di las harus sama.

6. 3. 1.   Las busur listrik (Electric Arc Welding)
Pada electric arc welding, energi panas ditimbulkan oleh loncatan electron dari elektroda las ke benda kerja. Besar kecilnya energi dipengaruhi oleh arus & tegangan listrik, serta jarak (gap) antara elektroda dengan benda kerja. Banyak pengelasan logam yang dilakukan dengan metode ini, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
(1) flash butt,
(2) consumable electrode, dan

(3) non consumable electrode.

 6. 3. 1. 1  Las flash butt (Flash Butt Welding)
Merupakan metode pengelasan yang dilakukan dengan menggabungkan antara loncatan electron dengan tekanan, di mana benda kerja yang di las dipanasi dengan energi loncatan electron kemudian ditekan dengan alat sehingga bahan yang di las menyatu dengan baik. Pengelasan dengan teknik ini banyak diterapkan pada penyambungan baut pada konstruksi plat. Salah satu jenis las flash butt adalah projection welding.
                Projection welding (las proyeksi) dilakukan dengan menghubungkan dua benda kerja yang akan disambung pada dua elektroda dan menggerakkannya secara perlahan. Ketika kedua benda kerja tersebut hampir bersentuhan, terjadilah loncatan arus listrik yang mengakibatkan pemanasan pada bagian yang di las. Setelah itu kedua benda kerja tersebut ditekan, maka terbentuklah sambungan las  Gambar 6. 1.

6. 3. 1. 2  Las Elektroda terumpan (Consumable Electrode)
Consumable electrode (elektroda terumpan), adalah pengelasan dimana elektroda las juga berfungsi sebagai bahan tambah. Elektroda yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu: elektroda batangan, elektroda gulungan tanpa inti, dan elektroda gulungan dengan inti fluks di tengahnya. Elektroda batangan digunakan pada las listrik (Shielded metal arc welding / SMAW). Elektroda gulungan tanpa inti digunakan pada las metal inert gas (MIG) dan metal active gas (MAG).


Gambar 6. 1 Peralatan Projection Welding

Elektroda gulungan dengan inti fluks digunakan pada las flux core arc welding (FCAW) dan submerged arc welding (SAW). Las MIG termasuk jenis las elektroda terumpan yang banyak digunakan di industri otomotif. Hal ini dikarenakan las MIG memiliki kelebihan yaitu dapat dengan mudah digunakan untuk mengelas logam yang tipis dan juga karena menggunakan elektroda gulungan maka las MIG dapat digunakan pengelasan otomatis dengan pemrograman komputer. Prinsip kerja las MIG adalah ketika saklar welding gun di on-kan, arus listrik mengalir pada elektroda dan elektroda berjalan sesuai dengan kecepatan yang diatur sebelumnya. Sesaat sebelum ujung elektroda menyentuh benda kerja terjadilah loncatan listrik yang melelehkan benda kerja dan elektroda tersebut. Bersamaan dengan kejadian ini gas pelindung mengalir di atas permukaan deposit lasan dan melindungi deposit tersebut dari pengaruh udara luar, lihat Gambar  6.2.

Las listrik (Shielded metal arc welding/SMAW), las listrik disamping dinamakan SMAW juga disebut manual metal arc (MMA). Penyebutan ini dikarenakan las listrik sangat sulit diotomatiskan. Namun walaupun demikian penggunaannya di industri sangat luas. Kelebihan dari las listrik adalah konstruksi sederhana dan bahan fluk yang padat sangat efektif dalam melindungi deposit lasan dari pengaruh udara luar sehingga las listrik dapat digunakan di segala medan. Penggunaan las listrik dimulai dari mengalirkan arus listrik dalam rangkaian listrik dan menyentuhkan elektroda pada benda kerja. Sesaat setelah elektroda bersentuhan dengan benda kerja, terjadilah loncatan listrik yang panasnya dapat mencairkan kedua bahan tersebut dan terbentuk sambungan las.

Gambar 6. 2  Prinsip Kerja Las MIG

Gambar 6. 3 Mesin Las MIG


Gambar 6. 4  Mesin las listrik

Gambar  6. 5  Proses las listrik


Las busur terpendam (Submerged arc welding/SAW), las busur terpendam banyak digunakan untuk penyambungan tabung-tabung gas, pipa besar, dan penyambungan benda-benda yang sama serta banyak. Pengelasan dilakukan secara otomatis dan fluksnya berupa butiran. Satu unit mesin las SAW terdiri dari sebuah travo, kontrol, elektroda gulungan, nosel, dan perlengkapan untuk menaburkan fluks. Pengelasan dimulai dengan mengalirkan arus listrik pada rangkaian listrik SAW. Elektroda berjalan dan menyentuh benda kerja, loncatan busur listrik dari elektroda ke benda kerja mencairkan keduanya. Pada saat bersamaan butiran fluks ditaburkan agar deposit lasan yang terbentuk terlindung dari udara luar,

Gambar 6. 6  Mesin Submerged Arc Welding (SAW)

6. 3. 1. 3  Las elektroda tak terumpan (Non Consumable Electrode)
            Non consumable electrode adalah pengelasan dengan menggunakan elektroda, di mana elektroda tersebut tidak berfungsi sebagai bahan tambah. Elektroda hanya berfungsi sebagai pembangkit nyala listrik, sedangkan bahan tambah digunakan filler metal. Jenis las yang menggunakan prinsip ini adalah las TIG (Tungsten inert gas welding) dan las plasma (Plasma arc welding / PAW). Di sini gas lemas / inert pada las TIG berfungsi sebagai gas pelindung
deposit lasan, sedangkan plasma disamping berfungsi sebagai pelindung juga sebagai peningkat panas dari busur listrik.
Las tungsten inert gas (TIG), salah satu jenis non consumable electrode yang paling banyak digunakan adalah las TIG atau lebih dikenal dengan sebutan las argon. Argon termasuk gas lemas (inert gas) yang berfungsi sebagai pelindung deposit lasan dari pengaruh udara luar. Gas argon harganya cukup mahal dan sangat berpengaruh terhadap beaya pengoperasian las TIG. Berkaitan dengan hal tersebut, biasanya las jenis ini digunakan untuk mengelas stainless steel dan logam-logam nonfero seperti alumunium, titanium, dll. Bagian utama las TIG adalah sebuah inverter, satu unit peralatan kontrol, welding gun, satu tabung gas pelindung beserta regulatornya. Pengoperasian las TIG dimulai dengan mengalirkan arus listrik ke dalam rangkaian listrik, pada saat ujung elektroda didekatkan pada benda kerja akan terjadi loncatan arus listrik bersamaan denga keluarnya gas pelindung yang panasnya dapat mencairkan bahan tambah (filler metal) dengan benda kerja dan terjadilah pengelasan, lihat Gambar 6.7.
Gambar 6. 7  Prinsip Kerja Las TIG

Las plasma, penyambungan logam dengan las plasma, prosedurnya sama dengan las TIG. Penempatan elektroda di dalam nosel tersendiri dapat memisahkan busur api dengan gas pelindung. Elektroda las plasma terbuat dari tungsten dengan elemen tambahan thorium sebanyak 2% dan nosel dibuat dan bahan tembaga. Ada tiga model pengoperasian las plasma berkaitan dengan ukuran nosel dan laju gas plasma, yaitu:
1) plasma mikro (Microplasma) dengan arus listrik antara 0,1 sampai 15 A;
2) arus menengah (Medium current) yang arusnya antara 15 hingga 200 A; dan
3) keyhole plasma digunakan untuk pengelasan di atas arus 200 A.
Dalam kondisi normal, las plasma menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai karakter arus menurun (drop voltage). Penyalaan busur listrik pada saat awal pengelasan lebih sulit jika dibandingkan dengan las yang menggunakan karakter arus konstan (constan voltage), lihat Gambar 6. 8.
6. 4  Las Tahanan (Resistance Welding)
Resistance welding atau las tahanan biasanya digunakan pada pengelasan pelat-pelat logam yang tipis yang banyak dilakukan di industri otomotif. Panas yang digunakan untuk mencairkan logam dibangkitkan oleh tahanan listrik yang terjadi pada elektroda las.

Gambar 6. 8.  Mesin Las TIG

6. 4. 1. Las titik (Spot welding)
Las titik yang merupakan salah satu proses las tertua banyak digunakan di industri khususnya industri yang banyak mengerjakan plat seperti industri otomotif. Bahan yang disambung dengan metode ini sering dilakukan pada ketebalan di bawah 3 mm. Bahan dasar sebaiknya mempunyai ketebalan sama atau dengan perbandingan 3:1. Pembangkitan panas las titik bekerja atas dasar hambatan listrik bahan yang dilas. Bahan harus memiliki tahanan listrik yang lebih besar dari bahan elektroda yang terbuat dari elemen dasar tembaga. Pengelasan dilakukan dengan mengaliri benda kerja dengan arus listrik melalui elektroda, karena terjadi hambatan diantara kedua bahan yang disambung, maka timbul panas yang dapat melelehkan permukaan bahan dan dengan tekanan akan terjadi sambungan, Gambar 6. 9.

6. 4. 2  Las kelim (Seam welding)
Ditinjau dari prinsip kerjanya, las rol sama dengan las titik, yang berbeda adalah bentuk elektrodanya. Elektroda las rol berbentuk silinder.  Las jenis ini banyak digunakan untuk menyambung benda kerja yang membutuhkan kerapatan, seperti pembuatan tangki bahan bakar, pengalengan makanan, dan lain-lain, Gambar 6.10.

Gambar 6. 9 Las titik


                     Gambar 6. 10  Mesin las kelim (Digital Seam Welding)


6. 4. 3  Las energi panas (Thermal Welding)
Energi panas yang digunakan dalam proses las jenis ini adalah proses konveksi dari pembakaran gas atau dari sebab lain. Proses las yang bekerja atas dasar prinsip tersebut adalah las  Oxy-acetylene,  las laser, dan las sinar elektron. Las yang paling banyak digunakan dari jenis ini adalah las gas.
                                                                                                    
6. 4. 3. 1  Las gas  (Gas Welding)

Walaupun panas dari gas bakar sudah lama diketahui dan persediaannya tidak terbatas di alam bebas, namun penerapannya dalam pengelasan relatif lebih baru bila dibandingkan dengan las Listrik. Bahan bakar gas banyak jenisnya, diantaranya adalah LPG, LNG, Metan, dan Acetylene.
Las karbit (Oxy-acetylene welding / OAW). Gas yang banyak digunakan untuk pengelasan logam adalah gas acetylene. Las yang menggunakan gas acetylene dinamakan las karbit. Dalam penerapannya pada las, gas acetylene dicampur dengan gas oksigen kemudian di bakar panas yang ditimbulkan digunakan untuk pengelasan. Akibat pencampurannya acetylene dengan oksigen inilah las karbit juga disebut las Oxy-Acetylene (Oxy-acetylene welding). Dalam proses pembakaran, tidak semua campuran gas oksigen dan acetylene terbakar secara sempurna. Gas yang terbakar sempurna membentuk nyala inti yang digunakan untuk mencairkan logam, sedangkan sisanya membentuk nyala luar yang berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam lasan.
Proses pencampuran gas bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan pengelasan. Campuran yang terlalu banyak gas acetylene menyebabkan banyak gas  yang tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan warna kuning kemerahan. Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala karburasi. Nyala karburasi mempunyai suhu sekitar 1000 ºC sehingga cocok untuk proses  brazing, soldering dan pengelasan alumunium, namun tidak dapat digunakan untuk pengelasan baja.
Campuran gas yang terlalu banyak oksigen disebut nyala oksidasi. Nyala intinya berbentuk kerucut dengan warna putih kebiruan, panjangnya lebih pendek dari nala netral, dan bersuara mendesis. Temperatur nyala oksidasi sekitar  3500 ºC. Walaupun temperatur tersebut sudah dapat mencairkan baja namun jika diterapkan pada pengelasan baja akan terjadi oksidasi, karena banyak sisa gas oksigen yang tidak terbakar mengikat elemen Fe dan menbentuk oksida besi (FeO, Fe2O, dan Fe2O3). Oksida besi ini menyebabkan cacat las yang berupa slag inclution (kotoran yang ikut ke dalam deposit logam lasan).
Bentuk nyala lain dalam las gas adalah nyala netral yang diakibatkan karena pembakaran campuran gas oksigen dan acetylene dengan perbandingan relatif sama (biasanya sedikit lebih banyak oksigen). Nyala benbentuk busur dengan warna putih kekuningan dan panjangnya melebihi nyala oksidasi tetapi lebih pendek dari nyala karburasi. Temperatur yang dapat dicapai sekitar 3200 ºC dan sangat cocok jika digunakan untuk pengelasan baja.
Seperangkat las karbit terdiri dari satu tabung oksigen, satu tabung acetylene, satu unit selang gas, satu uni regulator, dan brander. Tabung gas digunakan untuk menampung gas, regulator digunakan untuk mengetahui isi tabung dan mengatur tekanan tabung, selang gas untuk menyalurkan gas dari tabung ke brander, serta brander digunakan sebagai alat pencampur gas oksigen dan acetylene.

6. 4. 3. 2  Las sinar laser
Laser merupakan sinar yang mempunyai karakteristik unik. Gelombang cahayanya di alirkan lurus ke depan tanpa adanya penyebaran. Karena gelombang cahaya yang tidak menyebar dapat menimbulkan efek panas pada benda yang dikenainya. Pada pengelasan, energi panas sinar ini diterapkan untuk mencairkan logam yang di las. Ketika sumber cahaya diberikan muatan listrik memancarkan cahaya dan cermin elip memantulkannya ke kristal laser. Kristal laser meneruskan cahaya tersebut ke lensa. Lensa menfokuskan cahaya ke benda kerja dan memanaskannya sehingga proses las terjadi. Bersamaan dengan peristiwa itu gas pelindung disalurkan untuk melindungi deposit logam lasan. Penerapkan prinsip las sinar laser pada mesin las dapat dilihat pada Gambar  6. 11.
6. 4. 3. 3 Las sinar elektron
Las sinar elektron juga tergolong pengelasan yang menggunakan energi panas. Energi panas didapat dari energi sebuah elektron yang di tumbukkan pada benda kerja. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, elektron yang dipancarkan oleh katoda ke anoda difokuskan oleh lensa elektrik ke sistim defleksi, Gambar 6. 12.

Gambar 6. 11  Las Sinar Laser


                                             Gambar 6. 12  Prinsip kerja las sinar elektron


Sistim defleksi meneruskan sinar elektron yang sudah fokus ke benda kerja. Sinar yang sudah fokus tersebut digunakan untuk melakukan pengelasan benda kerja. Benda kerja harus ditempatkan di dalam ruang hampa udara agar deposit logam tidak teroksidasi udara luar, mesin las sinar elektron dapat dilihat pada Gambar 6. 13.
6. 5  Solid State Welding
Pengelasan yang dilakukan dalam keadaan padat (Solid state welding) mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah bahan tidak harus sama dan efek panas yang menyebabkan adanya heat affected zone (HAZ) dapat dieliminasi sekecil mungkin. Heat affected zone atau daerah terpengaruh panas yang terjadi di sekitar sambungan las ini dapat menyebabkan perubahan sifat-sifat logam yang di las.

Gambar  6.13   Las sinar elektron

6. 5. 1 Friction welding
Friction welding atau las gesekan merupakan proses penyambungan logam dengan memanfaatkan energi panas yang diakibatkan karena adanya gesekan dari dua material yang akan disambung. Sebagai contoh dapat kita lihat pada sambungan bola dudukan spion sepeda motor dengan tangkainya. Sambungan tersebut dilakukan dengan cara mengikat salah satu bagian dan ditekan oleh bagian lain kemudian diputar dengan kecepatan tinggi, sehingga timbul energi panas yang dapat memudahkan pelintasan atom-atom pada logam yang disambung dan terjadilah ikatan yang sangat kuat.
                                           
6. 5. 2  Cold  welding
Pengelasan dingin (Cold welding) adalah pengelasan yang dilakukan dalam keadaan dingin, yang dimaksud dingin di sini, bukan berarti tidak ada panas, panas dapat saja terjadi dari proses tersebut, namun tidak melebihi suhu rekristalisasi logam yang di las.
Proses penyambungan logam terjadi karena adanya tekanan yang sangat tinggi atau adanya pelintasan atom-atom logam melewati batas kedua logam yang di las, sehingga pengelasan jenis ini harus terbebas dari pengaruh oksida logam dan permukaan yang akan disambung harus rata dan halus.

Gambar 6. 14  Friction welding

6. 5. 2. 1  Las ultrasonik (Ultrasonic Welding / UW)
Teknologi ultrasonik dapat digunakan untuk banyak penerapan yang berbeda, tergantung kesesuaiannya terhadap gelombang suara serta karakteristik energi mekaniknya. Keuntungan dari getaran gelombang pendek adalah sangat baik karakteristik suaranya dan sinyal yang tinggi dapat digetarkan dengan mudah.
Energi ultrasonik digunakan untuk memperbaiki struktur material dalam metalurgi. Getaran mekanis frekuensi tinggi mempunyai efek terhadap pembersihan. Tekanan puncak hingga 1000 bar tidak hanya membantu dalam memindahkan partikel unsur/butir permukaan material, tetapi juga dapat melepaskan selubung padat bahan logam dengan bantuan getaran frekuensi rendah.
Dalam bidang pengelasan, energi ultrasonik diterapkan pada berbagai jenis logam, bahkan dapat digunakan untuk menyambung logam titik cair yang berbeda. Disamping itu pengelasan dengan teknologi tersebut telah terbukti sangat sukses dalam berbagai aplikasi seperti elektronika, industri otomotif, serta masih banyak bidang lainnya. Mesin las ultrasonik terdiri dari satu unit sistim kontrol microprocessor, sebuah transducer, sebuah sistim pnumatik, sepasang booster (penguat ferekuensi), sebuah welding horn, moulded parts, sebuah holding fixture, dan plat dasar (base-plat).
Sistim kontrol berfungsi mengatur frekuensi yang kemudian diteruskan ke transducer. Transducer getaran ultrasonik dikuatkan oleh boster dan disalurkan pada benda kerja. Pada waktu yang sama sistim pnumatik memberikan tekanan ke benda kerja, maka terjadilah sambungan las, mesin las ultrasonik dapat dilihat pada Gambar 6. 15.


                                                    Gambar 6. 15  Mesin las ultrasonic



6. 5. 2. 2  Las ledakan (Explosive Welding / EW)
Las ledakan tergolong pada proses las dingin, proses las terjadi di bawah suhu rekristalisasi bahan yang di las. Penyambungan bahan yang dilakukan dengan suhu di bawah rekristalisasi logam ini mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah struktur mikro bahan tidak banyak terpengaruh, dapat menyambung bahan yang berbeda titik cairnya, sehingga sambungan las mempunyai kualitas yang sangat baik.
Pengelasan dengan cara ledakan dibutuhkan peralatan landasan, bahan peledak, dan peralatan untuk membersihkan benda kerja. Permukaan benda kerja harus terbebas dari oksida dan halus, agar ketika ada tekanan akibat dari energi ledakan, bagian yang disambung dapat menyatu dengan baik. Kelebihan dari las ledakan adalah dapat digunakan untuk menyambung benda-benda yang mempunyai bahan berbeda titik cairnya, misalnya baja dengan tembaga.

6. 5. 2. 3  Las tempa (Forge Welding)
Penyambungan logam dengan cara ini dilakukan dengan memanasi ujung logam yang akan disambung kemudian ditempa, maka terjadilah sambungan. Panas yang dibutuhkan sedikit di atas suhu rekrist alisasi logam, sehingga logam masih dalam keadaan padat.

6. 6 Rangkuman
1.  Las SMAW merupakan proses pengelasan dengan menggunakan elektroda terbungkus sebagai bahan isi dalam proses pengelasan. Arus listrik yang dipakai pada proses pengelasan SMAW berkisar antara 10 sampai dengan 500 Ampere AC/DC. Tegangan yang digunakan sekitar 17 sampai dengan 45 volt.
2.  Proses penyambungan dimana karakteristik elektroda harus sesuai dengan karakteristik logam yang akan disambung (dilas), sebab bila kedua karakteristik tidak sama tidak bisa dilakukan pengelasan (penyambungan). Selain logam dan elektroda maka besar ampere juga harus diperhatikan.
3.    Mengelas dengan posisi datar  banyak digunakan pada operator las pada industri, baik industri konstruksi maupun industry perkapalan.
4.    Posisi datar adalah benda yang dilas ada dibawah tangan operator atau benda kerja diletakkan dalam posisi datar. Sementara itu elektroda berada diatas benda kerja lurus kearah bawah kepada material yang dilas. Pengelasan seperti inifaktor kesulitannya relative lebih kecil jika dibandingkan dengan cara las yang lain .
5.   Mengelas dengan posisi fillet banyak dijumpai pada industri konstruksi, galangan kapal dan tempat–tempat industri lainnya. Mengelas dengan posisi fillet adalah juga disebut mengelas bentuk T joint yaitu mengelas pada material datar dan material tegak dimana elektroda diarahkan pada posisi menyudut.




  Daftar Pustaka

1.      Dieter, G.E. (1983). Engineering design: A materials and processing approach.  Tokyo: McGraw-Hill International Book Company.
2.      Graham E. (1990). Maintenance Welding, Prentice-Hall Inc: New Jersey.
         3.     Smith, F.J.M. (1992). Basic fabrication and welding engineering, Hong Kong: Wing  Tai Cheung Printing Co. Ltd.

Comments

Popular Posts