teknik dasar las
TEKNIK DASAR LAS
6. 1 Pendahuluan
Pengelasan posisi datar dan fillet merupakan teknik dasar las busur
listrik,
yaitu salah satu
cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik
yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik
tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik
akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari
sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam
yang akan disambung,
kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik
cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik
yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan
mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai
dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan tipe elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda.
Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada
sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda
dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan
penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Jenis elektroda logam yang digunakan pada pengelasan busur
umumnya ada tiga jenis, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda
berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi
tempa dan baja lunak,
biasanya
digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan
dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las
berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan
komersil.
6 .1. 1 Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan bab ini
mahasis diharapkan memiliki kemampuan untuk:
1.
Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan las busur dan fillet dan pengetahuan dasarnya sehingga
dapat memahami prosedur pelaksanannya dengan benar.
2. Menjelaskan
berbagai jenis proses las berdasarkan tingkat pencairannya, sumber energinya,
dan jenis bahan tambahnya.
3. Mampu
menjelaskan dan melakukan penyalaan gas busur listrik secara benar .
4. Menjelaskan
dan melakukan proses pengelasan dengan posisi datar secara benar.
5. Menjelaskan
dan melakukan proses pengelasan dengan posisi fillet secara benar.
6. 2 Berbagai Macam Proses Las
Peralatan las terdiri dari
dua kelompok, yaitu mesin las dan peralata bantu pengelasan. Mesin las
merupakan alat utama yang digunakan untuk menyambung logam dengan las. Mesin
ini berfungsi sebagai penyambung bahan yang di las, sedangkan alat bantu
digunakan untuk pendukung proses pengelasan. Proses pengelasan logam secara
makro diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Liquid state welding (LSW), dan
(2) Solid state welding (SSW).
Liquid state welding
(LSW) adalah proses pengelasan
logam yang dilakukan dalam keadaan cair, sedangkan solid state welding (SSW) merupakan
proses las di mana pada saat pengelasan, logam dalam keadaan padat. Pengelasan
logam secara LSW maupun SSW mempunyai beberapa teknik/metode.
6. 3 Las Kondisi Cair (Liquid State Welding)
Proses pengelasan yang
dilakukan dalam kondisi cair (liquid state welding) terdiri dari tiga
kategori, yaitu:
1) electric arc welding,
2) resistance welding, dan
3) thermal arc welding.
Ketiga kategori tersebut didasarkan pada energi panas yang
digunakan untuk mencairkan logam yang akan di las. Persyaratan yang harus
diperhatikan dalam pengelasan ini adalah bahan yang di las harus sama.
6. 3. 1. Las busur listrik (Electric
Arc Welding)
Pada electric arc welding,
energi panas ditimbulkan oleh loncatan electron dari elektroda las ke benda
kerja. Besar kecilnya energi dipengaruhi oleh arus & tegangan listrik,
serta jarak (gap) antara elektroda dengan benda kerja. Banyak pengelasan
logam yang dilakukan dengan metode ini, namun secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
(1) flash butt,
(2) consumable electrode,
dan
(3) non consumable
electrode.
Merupakan metode pengelasan
yang dilakukan dengan menggabungkan antara loncatan electron dengan tekanan, di
mana benda kerja yang di las dipanasi dengan energi loncatan electron kemudian
ditekan dengan alat sehingga bahan yang di las menyatu dengan baik. Pengelasan
dengan teknik ini banyak diterapkan pada penyambungan baut pada konstruksi
plat. Salah satu jenis las flash butt adalah projection welding.
Projection welding (las
proyeksi) dilakukan dengan menghubungkan dua benda kerja yang akan disambung
pada dua elektroda dan menggerakkannya secara perlahan. Ketika kedua benda
kerja tersebut hampir bersentuhan, terjadilah loncatan arus listrik yang
mengakibatkan pemanasan pada bagian yang di las. Setelah itu kedua benda kerja
tersebut ditekan, maka terbentuklah sambungan las Gambar 6. 1.
6. 3. 1. 2 Las Elektroda terumpan (Consumable Electrode)
Consumable electrode (elektroda terumpan),
adalah pengelasan dimana elektroda las juga berfungsi sebagai bahan tambah.
Elektroda yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu: elektroda batangan,
elektroda gulungan tanpa inti, dan elektroda gulungan dengan inti fluks di
tengahnya. Elektroda batangan digunakan pada las listrik (Shielded metal arc
welding / SMAW). Elektroda gulungan tanpa inti digunakan pada las metal
inert gas (MIG) dan metal active gas (MAG).
Gambar 6. 1
Peralatan Projection Welding
Elektroda gulungan dengan inti
fluks digunakan pada las flux core arc welding (FCAW) dan submerged
arc welding (SAW). Las MIG termasuk jenis las elektroda terumpan yang
banyak digunakan di industri otomotif. Hal ini dikarenakan las MIG memiliki
kelebihan yaitu dapat dengan mudah digunakan untuk mengelas logam yang tipis
dan juga karena menggunakan elektroda gulungan maka las MIG dapat digunakan
pengelasan otomatis dengan pemrograman komputer. Prinsip kerja las MIG adalah
ketika saklar welding gun di on-kan, arus listrik mengalir pada
elektroda dan elektroda berjalan sesuai dengan kecepatan yang diatur
sebelumnya. Sesaat sebelum ujung elektroda menyentuh benda kerja terjadilah
loncatan listrik yang melelehkan benda kerja dan elektroda tersebut. Bersamaan
dengan kejadian ini gas pelindung mengalir di atas permukaan deposit lasan dan
melindungi deposit tersebut dari pengaruh udara luar, lihat Gambar 6.2.
Las listrik (Shielded
metal arc welding/SMAW), las listrik disamping dinamakan SMAW juga disebut
manual metal arc (MMA). Penyebutan ini dikarenakan las listrik sangat sulit
diotomatiskan. Namun walaupun demikian penggunaannya di industri sangat luas.
Kelebihan dari las listrik adalah konstruksi sederhana dan bahan fluk yang
padat sangat efektif dalam melindungi deposit lasan dari pengaruh udara luar
sehingga las listrik dapat digunakan di segala medan. Penggunaan las listrik
dimulai dari mengalirkan arus listrik dalam rangkaian listrik dan menyentuhkan
elektroda pada benda kerja. Sesaat setelah elektroda bersentuhan dengan benda
kerja, terjadilah loncatan listrik yang panasnya dapat mencairkan kedua bahan
tersebut dan terbentuk sambungan las.
Gambar 6. 2 Prinsip Kerja Las MIG
Gambar 6. 3 Mesin
Las MIG
Gambar 6. 4 Mesin las listrik
Gambar
6. 5 Proses las listrik
Las busur terpendam (Submerged arc welding/SAW),
las busur terpendam banyak digunakan untuk penyambungan tabung-tabung gas, pipa
besar, dan penyambungan benda-benda yang sama serta banyak. Pengelasan
dilakukan secara otomatis dan fluksnya berupa butiran. Satu unit mesin las SAW
terdiri dari sebuah travo, kontrol, elektroda gulungan, nosel, dan perlengkapan
untuk menaburkan fluks. Pengelasan dimulai dengan mengalirkan arus listrik pada
rangkaian listrik SAW. Elektroda berjalan dan menyentuh benda kerja, loncatan
busur listrik dari elektroda ke benda kerja mencairkan keduanya. Pada saat
bersamaan butiran fluks ditaburkan agar deposit lasan yang terbentuk terlindung
dari udara luar,
Gambar 6. 6 Mesin Submerged
Arc Welding (SAW)
6. 3. 1. 3 Las elektroda tak terumpan (Non Consumable
Electrode)
Non consumable
electrode adalah
pengelasan dengan menggunakan elektroda, di mana elektroda tersebut tidak
berfungsi sebagai bahan tambah. Elektroda hanya berfungsi sebagai pembangkit
nyala listrik, sedangkan bahan tambah digunakan filler metal. Jenis las
yang menggunakan prinsip ini adalah las TIG (Tungsten inert gas welding)
dan las plasma (Plasma arc welding / PAW). Di sini gas lemas / inert pada
las TIG berfungsi sebagai gas pelindung
deposit lasan, sedangkan plasma disamping berfungsi sebagai
pelindung juga sebagai peningkat panas dari busur listrik.
Las tungsten inert gas (TIG),
salah satu jenis non consumable electrode yang paling banyak digunakan
adalah las TIG atau lebih dikenal dengan sebutan las argon. Argon termasuk gas
lemas (inert gas) yang berfungsi sebagai pelindung deposit lasan dari
pengaruh udara luar. Gas argon harganya cukup mahal dan sangat berpengaruh
terhadap beaya pengoperasian las TIG. Berkaitan dengan hal tersebut, biasanya
las jenis ini digunakan untuk mengelas stainless steel dan logam-logam nonfero
seperti alumunium, titanium, dll. Bagian utama las TIG adalah sebuah inverter,
satu unit peralatan kontrol, welding gun, satu tabung gas pelindung beserta
regulatornya. Pengoperasian las TIG dimulai dengan mengalirkan arus listrik ke
dalam rangkaian listrik, pada saat ujung elektroda didekatkan pada benda kerja
akan terjadi loncatan arus listrik bersamaan denga keluarnya gas pelindung yang
panasnya dapat mencairkan bahan tambah (filler metal) dengan benda kerja
dan terjadilah pengelasan, lihat Gambar 6.7.
Gambar 6. 7 Prinsip Kerja Las TIG
Las plasma, penyambungan logam dengan las plasma, prosedurnya sama
dengan las TIG. Penempatan elektroda di dalam nosel tersendiri dapat memisahkan
busur api dengan gas pelindung. Elektroda las plasma terbuat dari tungsten
dengan elemen tambahan thorium sebanyak 2% dan nosel dibuat dan bahan tembaga.
Ada tiga model pengoperasian las plasma berkaitan dengan ukuran nosel dan laju
gas plasma, yaitu:
1) plasma mikro (Microplasma) dengan arus listrik antara
0,1 sampai 15 A;
2) arus menengah (Medium current) yang arusnya antara 15
hingga 200 A; dan
3) keyhole plasma digunakan untuk pengelasan di atas arus
200 A.
Dalam kondisi normal, las plasma
menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai karakter arus menurun (drop
voltage). Penyalaan busur listrik pada saat awal pengelasan lebih sulit
jika dibandingkan dengan las yang menggunakan karakter arus konstan (constan
voltage), lihat Gambar 6. 8.
6. 4 Las Tahanan (Resistance
Welding)
Resistance welding atau las tahanan biasanya digunakan pada pengelasan pelat-pelat
logam yang tipis yang banyak dilakukan di industri otomotif. Panas yang
digunakan untuk mencairkan logam dibangkitkan oleh tahanan listrik yang terjadi
pada elektroda las.
Gambar 6. 8. Mesin
Las TIG
6. 4. 1. Las titik (Spot welding)
Las titik yang
merupakan salah satu proses las tertua banyak digunakan di industri khususnya
industri yang banyak mengerjakan plat seperti industri otomotif. Bahan yang
disambung dengan metode ini sering dilakukan pada ketebalan di bawah 3 mm.
Bahan dasar sebaiknya mempunyai ketebalan sama atau dengan perbandingan 3:1.
Pembangkitan panas las titik bekerja atas dasar hambatan listrik bahan yang
dilas. Bahan harus memiliki tahanan listrik yang lebih besar dari bahan
elektroda yang terbuat dari elemen dasar tembaga. Pengelasan dilakukan dengan
mengaliri benda kerja dengan arus listrik melalui elektroda, karena terjadi
hambatan diantara kedua bahan yang disambung, maka timbul panas yang dapat
melelehkan permukaan bahan dan dengan tekanan akan terjadi sambungan, Gambar 6.
9.
6. 4. 2 Las kelim (Seam welding)
Ditinjau dari prinsip
kerjanya, las rol sama dengan las titik, yang berbeda adalah bentuk
elektrodanya. Elektroda las rol berbentuk silinder. Las jenis ini banyak digunakan untuk
menyambung benda kerja yang membutuhkan kerapatan, seperti pembuatan tangki
bahan bakar, pengalengan makanan, dan lain-lain, Gambar 6.10.
Gambar 6. 9 Las titik
Gambar
6. 10 Mesin las kelim (Digital Seam Welding)
6. 4. 3 Las energi panas (Thermal Welding)
Energi panas yang digunakan
dalam proses las jenis ini adalah proses konveksi dari pembakaran gas atau dari
sebab lain. Proses las yang bekerja atas dasar prinsip tersebut adalah las Oxy-acetylene, las laser, dan las sinar elektron. Las yang
paling banyak digunakan dari jenis ini adalah las gas.
6. 4. 3. 1
Las gas (Gas Welding)
Walaupun panas dari gas
bakar sudah lama diketahui dan persediaannya tidak terbatas di alam bebas,
namun penerapannya dalam pengelasan relatif lebih baru bila dibandingkan dengan
las Listrik. Bahan bakar gas banyak jenisnya, diantaranya adalah LPG, LNG,
Metan, dan Acetylene.
Las karbit (Oxy-acetylene
welding / OAW). Gas yang banyak digunakan untuk pengelasan logam
adalah gas acetylene. Las yang menggunakan gas acetylene dinamakan
las karbit. Dalam penerapannya pada las, gas acetylene dicampur dengan
gas oksigen kemudian di bakar panas yang ditimbulkan digunakan untuk
pengelasan. Akibat pencampurannya acetylene dengan oksigen inilah las
karbit juga disebut las Oxy-Acetylene (Oxy-acetylene welding).
Dalam proses pembakaran, tidak semua campuran gas oksigen dan acetylene
terbakar secara sempurna. Gas yang terbakar sempurna membentuk nyala inti yang
digunakan untuk mencairkan logam, sedangkan sisanya membentuk nyala luar yang
berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam lasan.
Proses pencampuran gas
bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan pengelasan. Campuran yang terlalu banyak
gas acetylene menyebabkan banyak gas
yang tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan warna kuning
kemerahan. Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala karburasi. Nyala karburasi
mempunyai suhu sekitar 1000 ºC sehingga cocok untuk proses brazing, soldering dan
pengelasan alumunium, namun tidak dapat digunakan untuk pengelasan baja.
Campuran gas yang terlalu
banyak oksigen disebut nyala oksidasi. Nyala intinya berbentuk kerucut dengan
warna putih kebiruan, panjangnya lebih pendek dari nala netral, dan bersuara
mendesis. Temperatur nyala oksidasi sekitar 3500 ºC. Walaupun temperatur tersebut sudah
dapat mencairkan baja namun jika diterapkan pada pengelasan baja akan terjadi
oksidasi, karena banyak sisa gas oksigen yang tidak terbakar mengikat elemen Fe
dan menbentuk oksida besi (FeO, Fe2O, dan Fe2O3). Oksida besi ini menyebabkan
cacat las yang berupa slag inclution (kotoran yang ikut ke dalam deposit
logam lasan).
Bentuk nyala lain dalam las
gas adalah nyala netral yang diakibatkan karena pembakaran campuran gas oksigen
dan acetylene dengan perbandingan relatif sama (biasanya sedikit lebih
banyak oksigen). Nyala benbentuk busur dengan warna putih kekuningan dan
panjangnya melebihi nyala oksidasi tetapi lebih pendek dari nyala karburasi.
Temperatur yang dapat dicapai sekitar 3200 ºC dan sangat cocok jika digunakan
untuk pengelasan baja.
Seperangkat las karbit
terdiri dari satu tabung oksigen, satu tabung acetylene, satu unit
selang gas, satu uni regulator, dan brander. Tabung gas digunakan untuk
menampung gas, regulator digunakan untuk mengetahui isi tabung dan mengatur
tekanan tabung, selang gas untuk menyalurkan gas dari tabung ke brander, serta
brander digunakan sebagai alat pencampur gas oksigen dan acetylene.
6. 4. 3. 2 Las
sinar laser
Laser merupakan sinar yang mempunyai
karakteristik unik. Gelombang cahayanya di alirkan lurus ke depan tanpa adanya
penyebaran. Karena gelombang cahaya yang tidak menyebar dapat menimbulkan efek
panas pada benda yang dikenainya. Pada pengelasan, energi panas sinar ini
diterapkan untuk mencairkan logam yang di las. Ketika sumber cahaya diberikan
muatan listrik memancarkan cahaya dan cermin elip memantulkannya ke kristal
laser. Kristal laser meneruskan cahaya tersebut ke lensa. Lensa menfokuskan
cahaya ke benda kerja dan memanaskannya sehingga proses las terjadi. Bersamaan
dengan peristiwa itu gas pelindung disalurkan untuk melindungi deposit logam
lasan. Penerapkan prinsip las sinar laser pada mesin las dapat dilihat pada
Gambar 6. 11.
6. 4. 3. 3 Las sinar elektron
Las sinar elektron juga
tergolong pengelasan yang menggunakan energi panas. Energi panas didapat dari
energi sebuah elektron yang di tumbukkan pada benda kerja. Prinsip kerjanya
adalah sebagai berikut, elektron yang dipancarkan oleh katoda ke anoda
difokuskan oleh lensa elektrik ke sistim defleksi, Gambar 6. 12.
Gambar 6. 11 Las Sinar Laser
Gambar
6. 12 Prinsip
kerja las sinar elektron
Sistim defleksi meneruskan sinar
elektron yang sudah fokus ke benda kerja. Sinar yang sudah fokus tersebut
digunakan untuk melakukan pengelasan benda kerja. Benda kerja harus ditempatkan
di dalam ruang hampa udara agar deposit logam tidak teroksidasi udara luar,
mesin las sinar elektron dapat dilihat pada Gambar 6. 13.
6. 5 Solid State Welding
Pengelasan
yang dilakukan dalam keadaan padat (Solid state welding) mempunyai
banyak keuntungan, diantaranya adalah bahan tidak harus sama dan efek panas
yang menyebabkan adanya heat affected zone (HAZ) dapat dieliminasi
sekecil mungkin. Heat affected zone atau daerah terpengaruh panas yang
terjadi di sekitar sambungan las ini dapat menyebabkan perubahan sifat-sifat
logam yang di las.
Gambar 6.13 Las sinar elektron
6. 5. 1 Friction welding
Friction welding atau las gesekan merupakan proses penyambungan logam dengan
memanfaatkan energi panas yang diakibatkan karena adanya gesekan dari dua
material yang akan disambung. Sebagai contoh dapat kita lihat pada sambungan
bola dudukan spion sepeda motor dengan tangkainya. Sambungan tersebut dilakukan
dengan cara mengikat salah satu bagian dan ditekan oleh bagian lain kemudian
diputar dengan kecepatan tinggi, sehingga timbul energi panas yang dapat
memudahkan pelintasan atom-atom pada logam yang disambung dan terjadilah ikatan
yang sangat kuat.
6. 5. 2 Cold welding
Pengelasan dingin (Cold
welding) adalah pengelasan yang dilakukan dalam keadaan dingin, yang
dimaksud dingin di sini, bukan berarti tidak ada panas, panas dapat saja
terjadi dari proses tersebut, namun tidak melebihi suhu rekristalisasi logam
yang di las.
Proses penyambungan logam terjadi karena
adanya tekanan yang sangat tinggi atau adanya pelintasan atom-atom logam
melewati batas kedua logam yang di las, sehingga pengelasan jenis ini harus
terbebas dari pengaruh oksida logam dan permukaan yang akan disambung harus
rata dan halus.
Gambar 6. 14 Friction
welding
6. 5. 2. 1 Las ultrasonik (Ultrasonic
Welding / UW)
Teknologi ultrasonik dapat digunakan
untuk banyak penerapan yang berbeda, tergantung kesesuaiannya terhadap
gelombang suara serta karakteristik energi mekaniknya. Keuntungan dari getaran
gelombang pendek adalah sangat baik karakteristik suaranya dan sinyal yang
tinggi dapat digetarkan dengan mudah.
Energi ultrasonik digunakan
untuk memperbaiki struktur material dalam metalurgi. Getaran mekanis frekuensi
tinggi mempunyai efek terhadap pembersihan. Tekanan puncak hingga 1000 bar
tidak hanya membantu dalam memindahkan partikel unsur/butir permukaan material,
tetapi juga dapat melepaskan selubung padat bahan logam dengan bantuan getaran
frekuensi rendah.
Dalam bidang pengelasan,
energi ultrasonik diterapkan pada berbagai jenis logam, bahkan dapat digunakan
untuk menyambung logam titik cair yang berbeda. Disamping itu pengelasan dengan
teknologi tersebut telah terbukti sangat sukses dalam berbagai aplikasi seperti
elektronika, industri otomotif, serta masih banyak bidang lainnya. Mesin las ultrasonik
terdiri dari satu unit sistim kontrol microprocessor, sebuah transducer,
sebuah sistim pnumatik, sepasang booster (penguat ferekuensi), sebuah welding
horn, moulded parts, sebuah holding fixture, dan plat dasar (base-plat).
Sistim kontrol berfungsi
mengatur frekuensi yang kemudian diteruskan ke transducer. Transducer
getaran ultrasonik dikuatkan oleh boster dan disalurkan pada benda kerja.
Pada waktu yang sama sistim pnumatik memberikan tekanan ke benda kerja, maka
terjadilah sambungan las, mesin las ultrasonik dapat dilihat pada Gambar 6. 15.
Gambar 6. 15 Mesin las ultrasonic
6. 5. 2. 2 Las ledakan (Explosive
Welding / EW)
Las ledakan tergolong pada
proses las dingin, proses las terjadi di bawah suhu rekristalisasi bahan yang
di las. Penyambungan bahan yang dilakukan dengan suhu di bawah rekristalisasi
logam ini mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah struktur mikro bahan
tidak banyak terpengaruh, dapat menyambung bahan yang berbeda titik cairnya,
sehingga sambungan las mempunyai kualitas yang sangat baik.
Pengelasan dengan cara
ledakan dibutuhkan peralatan landasan, bahan peledak, dan peralatan untuk
membersihkan benda kerja. Permukaan benda kerja harus terbebas dari oksida dan
halus, agar ketika ada tekanan akibat dari energi ledakan, bagian yang
disambung dapat menyatu dengan baik. Kelebihan dari las ledakan adalah dapat
digunakan untuk menyambung benda-benda yang mempunyai bahan berbeda titik
cairnya, misalnya baja dengan tembaga.
6. 5. 2. 3 Las tempa
(Forge Welding)
Penyambungan logam dengan
cara ini dilakukan dengan memanasi ujung logam yang akan disambung kemudian
ditempa, maka terjadilah sambungan. Panas yang dibutuhkan sedikit di atas suhu
rekrist alisasi logam, sehingga logam masih dalam keadaan padat.
6. 6 Rangkuman
1.
Las SMAW merupakan proses pengelasan dengan menggunakan elektroda terbungkus
sebagai bahan isi dalam proses pengelasan. Arus listrik yang dipakai
pada proses pengelasan SMAW berkisar antara 10 sampai dengan 500 Ampere AC/DC. Tegangan
yang digunakan sekitar 17 sampai dengan 45 volt.
2.
Proses penyambungan dimana karakteristik elektroda harus sesuai dengan
karakteristik logam yang akan disambung (dilas), sebab bila kedua karakteristik
tidak sama tidak bisa dilakukan pengelasan (penyambungan). Selain logam dan
elektroda maka besar ampere juga harus diperhatikan.
3. Mengelas dengan posisi datar banyak digunakan pada operator las pada
industri, baik industri konstruksi maupun industry perkapalan.
4. Posisi datar adalah benda yang dilas
ada dibawah tangan operator atau benda kerja diletakkan dalam posisi datar.
Sementara itu elektroda berada diatas benda kerja lurus kearah bawah kepada material
yang dilas. Pengelasan seperti inifaktor kesulitannya relative lebih kecil jika
dibandingkan dengan cara las yang lain .
5. Mengelas dengan posisi fillet banyak
dijumpai pada industri konstruksi, galangan kapal dan tempat–tempat industri
lainnya. Mengelas dengan posisi fillet adalah juga disebut mengelas bentuk T
joint yaitu mengelas pada material datar dan material tegak dimana elektroda
diarahkan pada posisi menyudut.
Daftar Pustaka
1.
Dieter, G.E. (1983). Engineering
design: A materials and processing approach.
Tokyo: McGraw-Hill International Book Company.
2.
Graham E. (1990). Maintenance
Welding, Prentice-Hall Inc: New Jersey.
3. Smith, F.J.M. (1992). Basic
fabrication and welding engineering, Hong Kong: Wing Tai Cheung
Printing Co. Ltd.
Comments
Post a Comment