Cara Mengolah pupuk urea
Cara mengunakan Urea
1. Latar Belakang
Permasalahan
Reaktor
sintesis urea (52-DC-101) pada seksi sintesa PT. Pupuk Iskandar Muda berdiri
sejak tahun 1985 sampai sekarang, telah beroperasi selama 31 tahun. Desain
waktu operasi adalah 20 tahun, sehingga sekarang beroperasi lebih dari desain
waktu operasinya yaitu 11 tahun. Karena sudah beroperasi lebih dari waktu
desain, maka dikhawatirkan tidak dapat beroperasi dengan baik sesuai desain.
Reaktor sintesis
urea (52-DC-101) adalah tempat terjadinya reaksi. Sifat kimia dan temperatur
yang tinggi membuat banyak bagian di reaktor mengalami korosif. Reaksi untuk
mengkonversi CO2 menjadi urea dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
temperatur, tekanan, dan komposisi yang masuk ke reaktor.
Komposisi yang
masuk reaktor yaitu NH3, CO2 dan recycle carbamat.
Komposisi NH3dan CO2 dipengaruhi oleh kemurnian. NH3dan
CO2yang masuk mengalami perubahan persentase kemurnian. Sebelum
dimasukkan ke reaktor, NH3dipanaskan dahulu di ammonia preheater yang dibagian dalamnya tube terbentuk kerak yang
diakibatkan oleh kualitas steam yang rendah, sehingga mengalami penurunan
pemanasan NH3 yang masuk reaktor. Recycle carbamat yang masuk ke
reaktor dipengaruhi oleh kondisi operasi di recovery urea.
Control valve
pada seksi sintesa tidak dapat beroperasi maksimal. Bukaan control valve
dilapangan tidak sesuai dengan indikasi di panel control. Hal ini menyebabkan
sulit dalam pengoperasian reaktor.
2. Tujuan Tugas Khusus
Adapun
tujuan tugas khusus ini adalah :
1. Untuk
mempelajari kinerja reaktor sintesis urea
(52-DC-101)
2. Menghitung
performance reaktor sintesis urea pada seksi sintesa.
3. Batasan Masalah
Dalam menyelesaikan laporan ini,penulis
akan menghitung performance reaktor sintesis urea (52-DC-101) pada seksi
sintesa.
4. Landasan Teori
4.1 Pembuatan Urea
Reaksi pembuatan urea pada reactor berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggi. Reaksi
berlangsung dalam dua tahap yaitu :
1. Tahap pertama merupakan reaksi
eksotermis kuat, yaitu reaksi antara NH3 dan CO2
membentuk larutan karbamat. Reaksi ini berlansung sangat cepat dan sangat perlu
dijaga tekanannya pada 250 5 kg/cm2G
dan temperature 200⁰C.
Reaksi : 2NH3
+ CO2 NH2COONH4
2. Tahap kedua merupakan reaksi
eksotermis lemah, reaksi ini adalah reaksi dehidrasi ammonium karbamat menjadi
urea.
Reaksi : NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O
Kedua reaksi diatas adalah reversible dan secara keseluruhan
merupakan reaksi eksotermis.Oleh karenaitu, temperature reactor urea (52-DC-101) sangat perlu diperhatikan. Untuk menjaga
kondisi reaksi dilakukan pengontrolan dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor
berikut:
a. Mengindeksikan ammonia berlebih
kedalam reactor, selain untuk menjaga
temperature reactor, injeksi ammonia berlebih
juga memperkecil kemungkinan terbentuknya biuret.
b. Pengembalian larutan recycle karbamat ke reactor.
c. Pemanasan pendahuluan ammonia cair
yang masuk ke reactor.
4.2 Kesetimbangan dan Kecepatan Reaksi
Umumnya reaksi kimia yang terjadi
adalah reversible, reaksinya adalah
sebagai berikut :
A + B
C + D
Kecepatan reaksi ke kanan : V1 = K1.Ca.Cb
Kecepatan reaksi ke kiri : V2 = K2.Cc.Cd
Dimana : K1
= Konstanta kecepatan reaksi ke kanan
K2 = Konstanta kecepatan
reaksi ke kiri
Ca = Konsentrasi zat A
Cb = Konsentrasi zat B
Cc = Konsentrasi zat C
Cd =
Konsentrasi zat D
Bila kecepatan reaksi pembentukan
sama dengan kecepatan reaksi pengurangan maka reaksi tersebut berada dalam
kesetimbangan.
V1 = V2
K1.Ca.Cb = K2.Cc.Cd
K1/K2 =
Cc.Cd/Ca.Cb
Kesetimbangan
adalah suatu tetapan yang akan dicapai dalam suatu reaksi reversible yang berlangsung dalam sistem tertutup dengan
temperature konstan. Reaksi reversible
dinyatakan dengan tanda ( )
dan dalam persamaan reaksi dapat ditulis :
aA + bB cC + dD
Tetapan kesetimbangan ( K )
Ada beberapa factor yang
mempengaruhi kesetimbangan reaksi, yaitu :
a.
Temperatur
Jika temperature sistem sistem
kesetimbangan dinaikkan maka reaksi sistem menurunkan temperature,
kesemtimbangan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (endoterm).
Sebaliknya bila temperature diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke
pihak yang mengeluarkan panas (eksoterm).
Reaksi : 2NH3 + CO2 NH2COONH4 Q = 84 KJ/mol
Pada reaksi diatas, kenaikan
temperature akan mengakibatkan reaksi bergeser kearah kiri, akibatnya NH3 dan CO2 bertambah sedangkan NH2COONH4
berkurang, tetapan kesetimbangan menjadi kecil.
b.
Konsentrasi
Apabila dalam suatu reaksi kimia
konsentrasi reaktan dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser kearah lawan
penambahan konsentrasi itu.
Reaksi : NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3
Pada reaksi diatas, bila NH3 ditambah
maka reaksi akan bergeser kekiri, sehingga lebih banyak urea yang terbentuk dan
pembentukan biuret diperkecil.
c.
Tekanan dan Volume
Penambahan tekanan akan memperkecil
volume berarti memperbesar konsentrasi semua komponen maka reaksi sistem adalah
mengurangi tekanan sehingga kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi dengan
jumlah koefisien lebih kecil (Keenan, 1986).
4.3 Persamaan
Kimia dan Stoikiometri
Dari suatu persamaan kimia, kita dapat mengetahui data
kuantitatif dan kualitatif yang sangat penting untuk perhitungan proses kimia.
Stoikiometri menyangkut perbandingan koefisien yang diperoleh dari persamaan
reaksi.Reaksi-reaksi di bidang industri jangan sekali yang stoikiometri maka
sering digunakan reaktan yang berlebih.Kelebihan ini keluar bersama hasil
reaksi, atau terpisah dan dapat digunakan kembali.
Walaupun terjadi penambahan reaktan agar reaksi bisa
stoikiometri, tetap saja reaksi tidak berlangsung secara sempurna sehingga ada
zat yang tidak bereaksi. Besarnya yang bereaksi disebut konversi.
4.4.4 Derajat Konversi Kesetimbangan
Konversi merupakan suatu
parameter yang menunjukkan berapa
banyak suatu zat bereaksi.
Reaksi : A + B AB
Dimana : XA = Deajat konversi kesetimbangan
NAo = mol A sebelum bereaksi
NA
= mol A setelah bereaksi
4.4.5 Mol Ratio
Mol ratio adalah perbandingan mol reactor
untuk menghasilkan produk yang paling sempurna.
Reaksi : A + B AB
Dimana : NAo = Mol A sebelum bereaksi
NBo = Mol B Sebelum bereksi
Comments
Post a Comment